Termenung sendiri di sudut kamar, tak tau apa yang harus dikerjakan terlebih dulu. Yaaah, inilah nasib seorang mahasiswa eksak, deadline menumpuk berderet-deret saling berteriak memohon untuk dikerjakan, tapi apalah daya otak dan hati tak lagi selaras. Otaknya telah berlari menembus tumpukan tugas-tugas, tapi hatinya hanya termenung tak tahu kemana harus berjalan.
Yah… galau…
Itulah yang dialami Riena saat ini…
Ia tahu, benar-benar tahu siapa yang diinginkan hatinya, siapa yang bisa menyembuhkan semua ini. Tapi, apalah daya, dia selalu tak ada saat jiwa Riena membutuhkannya. Ia bahkan tak pernah datang dengan sendirinya, dan tanpa harus bertanya apa yang terjadi pada diri Riena, ia sudah tahu semuanya.
Merindukannya??
Ya, itu yang Riena rasakan saat ini, namun tak hanya itu Riena juga lebih membutuhkannya, tapi dimana ia??? Sibukkah?? Tak bisakah cukup luangkan 5 menit untuk sedikit berucap??
Lelah…
Ataukah memang ini saatnya tuk berhenti?
Tak mampu lagi. .
Riena tahu ada sosok lain yang siap menjemputnya dan melangkah bersamanya, tapi apakah ia harus berbelok dan meniti jalan yang baru? Tapi, mungkinkah ia bisa?
Stuck!